ASPEK BIOLOGI
DAN EKOLOGI
KEPITING
OLEH :
KELOMPOK
1
· Haryanto Asri
· Nursalam
· La Adu
· Al Imam Agus
UNIVERSITAS
MUSLIM INDONESIA
FAKULTAS
PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
MAKASSAR
2014
KATA PENGANTAR
Puji
syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T atas segala nikmat dan
karunianyalah sehingga kami selaku kelompok 1 (satu) dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Crustacea (Kepiting)” tepat pada waktunya.
Kami
juga mengucapkan banyak terima kasih kepada teman – teman sekalian yang turut berpatisipasi
dalam pembuatan makalah ini.
Kami
menyadari, bahawa makalah kami ini tentu masih banyak kekurangannya. Untuk itu,
kami membuka saran dan kritik dari para pembaca guna tercapainya kesempurnaan
makalah kami ini.
Makassar, 22 November 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR
ISI............................................................................................. ii
BAB
I. PENDAHULUAN
A.
Latar belakang.............................................................................. 1
B.
Tujuan........................................................................................... 2
BAB
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian
kepiting....................................................................... 3
B. Anatomi
tubuh kepiting................................................................ 4
C. Morfologi
kepiting........................................................................ 4
D. Alat
reproduksi.............................................................................
E. Daur
hidup kepiting...................................................................... 5
F. Sistem
pencernaan........................................................................
G. Sistem
peredaran darah................................................................
H. Sistem
respirasi/pernapasan.........................................................
I. Sistem
saraf dan hormon..............................................................
J. Proses
molting..............................................................................
K. Peran
kepiting di ekosistem pesisir............................................... 6
BAB
III. PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................
B. Saran.............................................................................................
Daftar
pustaka............................................................................................ 7
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Wilayah pesisir Indonesia memiliki berbagai macam
tipologi habitat serta keanekaragaman biota yang tinggi. Kanekaragaman hayati
tersebut merupakan sumber kehidupan yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan
pangan atau perdagangan, sehingga keberadaannya sangat rawan terhadap kepunahan
akibat aktifitas kehidupan dan pembangunan. Beberapa bentuk ancaman kelestarian
keanekaragaman hayati antara lain karena pencemaran, eksploitasi sumber daya
alam untuk perdagangan, penebangan hutan dan sebagainya.
Salah satu bentuk ekosistem pesisir Indonesia adalah ekosistem hutan
mangrove. Hutan mangrove sebagai salah satu ekosistem yang unik merupakan
sumberdaya alam yang sangat potensial, mendukung hidupnya keanekaragaman flora
dan fauna. Komunitas terestris akuatik yang ada di dalamnya secara langsung
atau tidak langsung berperan penting bagi kelangsungan hidup manusia baik dari
segi ekonomi, sosial maupun lingkungan (ekologi). Tetapi ekosistem ini sangat
mudah dipengaruhi oleh ekosistem yang ada di sekitarnya serta sulit untuk
dipulihkan kembali jika terjadi degradasi.
Ekosistem pesisir memiliki bermacam-macam fungsi,
antara lain fungsi fisik, biologis dan sosial ekonomis. Fungsi biologis yang
dimiliki kawasan pesisir antara lain sebagai daerah asuhan (nursery grund),
daerah mencari makan (feeding ground) dan daerah pemijahan (spawning
ground) dari berbagai biota laut, tempat bersarangnya burung, habitat alami
bagi berbagai jenis biota, sumber plasma nutfah .
Diantara sekian banyak fungsi tersebut, fungsi
ekosistem pesisir yang terpenting adalah sebagai daerah asuhan, mencari makan
dan daerah pemijahan bagi ikan, udang, kepiting, moluska serta vertebrata
lainnya. Daerah ini terbentuk secara alamiah yang membuat suasana yang
aman dan nyaman bagi hewan-hewan tersebut bertelur, mencari makan dan
membesarkan anak sebelum kembali ke laut menjelang fase dewasa (MacKinnon, et
al., 2000).
Seluruh fauna yang hidup di dalam ekositem pesisir mempunyai peranan yang
penting dalam menjaga keseimbangan ekologi. Sekian banyak fauna yang hidup
terdapat beberapa spesies kunci (keystone species) yang memegang peranan
yang sangat penting. Salah satu spesies tersebut adalah kepiting yang hidup di
dalam ekosistem pesisir. Kepiting diusulkan sebagai keystone species di
kawasan pesisir karena setiap aktivitasnya mempunyai pengaruh utama pada
berbagai proses paras ekosistem. Peran kepiting di dalam ekosistem diantaranya
mengkonversi nutrien dan mempertinggi mineralisasi, meningkatkan distribusi
oksigen di dalam tanah, membantu daur hidup karbon, serta tempat penyedia
makanan alami bagi berbagai jenis biota perairan .
B.
Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengenal kepiting dari
berbagai aspek, baik morfologi, anatomi,daur hidup, dan
habitatnya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepiting
Kepiting adalah binatang crustacea
berkaki sepuluh, yang mempunyai perut yang tersembunyi di bawah thorax. Hewan
ini dikelompokkan ke dalam :
Kerajaan :
Animalia
Filum :
Arthropoda
Subfilum :
Crustacea
Kelas :
Malacostraca
Ordo :
Decapoda
Subordo :
Pleocyemata
Infraordo :
Branchyura
Genus :
Scylla
Species :
S.Serrata
Tubuh kepiting umumnya ditutupi dengan exoskeleton
(kerangka luar) yang sangat keras, dan dipersenjatai dengan sepasang capit.
Kepiting hidup di air laut, air tawar dan darat dengan ukuran yang beraneka
ragam.
Kepiting
mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam tetapi seluruhnya mempunyai kesamaan
pada bentuk tubuh. Seluruh kepiting mempunyai chelipeds
dan empat pasang kaki jalan.Pada bagian
kaki juga dilengkapi dengan kuku dan sepasang penjepit, chelipeds
terletak di depan kaki pertama dan setiap jenis kepiting memiliki struktur chelipeds
yang berbeda-beda. Chelipeds dapat digunakan untuk memegang dan membawa
makanan, menggali, membuka kulit kerang dan juga sebagai senjata dalam
menghadapi musuh. Di samping itu, tubuh kepiting juga ditutupi dengan Carapace.
Carapace merupakan kulit yang keras atau dengan istilah lain exoskeleton
(kulit luar) berfungsi untuk melindungi organ dalam bagian kepala, badan dan
insang.
Kepiting sejati
mempunyai lima pasang kaki, sepasang kaki yang pertama dimodifikasi menjadi
sepasang capit dan tidak digunakan untuk bergerak serta sepasang kaki yang kelima dimodifikasi
menjadi pipih dan bulat yang diguanakan kepiting dalam berenang. Bagian mulut kepiting ditutupi oleh maxilliped yang rata, dan bagian
depan dari carapace tidak membentuk sebuah rostrum yang panjang. Insang
kepiting terbentuk dari pelat-pelat yang pipih (phyllobranchiate), mirip dengan
insang udang, namun dengan struktur yang berbeda. Insang yang terdapat di dalam
tubuh berfungsi untuk mengambil oksigen biasanya sulit dilihat dari luar.
Insang terdiri dari struktur yang lunak terletak di bagian bawah carapace.
Sedangkan mata menonjol keluar berada di bagain depan carapace.
B.
Jenis – jenis kepiting
Pada
umumnya, kepiting dapat ditemukan diseluruh lautan di dunia, sedangkan kepiting
yang hidup di air tawar atau darat kebanyakan hidup di daerah tropis. Kepiting
dapat ditemukan dalam berbagai ukuran, mulai dari kepiting kacang (pea crab)
yang memiliki ukuran lebar hanya beberapa milimeter saja sampai dengan kepiting
laba – laba jepang yang memiliki rentangan kaki sampai 4 meter. Ada sekitar 850 spesies kepiting air
tawar,kepiting darat atau semiterestrial, mereka dapat ditemukan di seluruh
wilayah tropis maupun subtropis. Adapun jenis – jenis kepiting diantaranya
yaitu :
1.
Kepiting bakau
2.
Rajungan
3.
Charybdishellerii
4.
Matuta victor
5.
Ashtoret lunaris
6.
Micippa cristata
7.
Calarpa philargius
8.
Rhinolambrus pelagicus
9.
Helice leachi
10.
Uca forcipata
11.
Uca dussumieri
12.
Menaethius monoceros
C.
Anatomi tubuh kepiting
Berdasarkan
anatomi tubuh bagian dalam, mulut kepiting terbuka dan terletak pada bagian
bawah tubuh. Beberapa bagian yang terdapat di sekitar mulut berfungsi dalam
memegang makanan dan juga memompakan air dari mulut ke insang. Kepiting
memiliki rangka luar yang keras sehingga mulutnya tidak dapat dibuka lebar. Hal
ini menyebabkan kepiting lebih banyak menggunakan capit dalam memperoleh
makanan. Makanan yang diperoleh dihancurkan dengan menggunakan capit, kemudian
baru dimakan . Kepiting bakau ukurannya bisa mencapai lebih dari 20 cm.
Capit pada jantan dewasa lebih panjang dari pada sapit betina. Kepiting
yang bisa berenang ini terdapat hampir di seluruh perairan pantai Indonesia,
terutama di daerah mangrove, di daerah tambak air payau, muara sungai, tetapi jarang
ditemukan di pulau-pulau karang. Disamping morfologi capit, kepiting jantan dan betina
dapat dibedakan juga berdasarkan ukuran abdomen, dimana abdomen jantan lebih
sempit dari pada abdomen betina.
Ada satu keunikan dari kepiting yakni memiliki kemampuan untuk bertahan
hidup di luar air. Menurut Prof. Yushinta Fujaya, ini disebabkan oleh
adanya kemampuan insang untuk menyerap air di bawah karapas sehingga insang
tetap dalam keadaan lembab meskipun berada di luar air.
Sementara kelenjar pencernaan kepiting biasa disebut hepatopankreas yang
memiliki warna khas kuning. hepatopankreas terletak saling bertumpuk dengan
ovarium atau telur. Menurut Prof. Yushinta Fujaya, hepatopankreas biasa
membingungkan orang awan dan menganggapnya sebagai telur oleh karena letak dan
warnanya.
Hepatopankreas juga berperan untuk mendeposit sejumlah glikogen dan
cholesterol, mendeposit logam-logam berat dan melokalisasinya.
D.
Morfologi
Kepiting
Kepiting
bakau dapat diidentifikasi dengan mengamati ciri-ciri meristik dan morfometril
serta pola warna dengan mengacu pada kunci identifikasi Keenan,Hasil penelitian
menunjukkan bahwa berdasarkan warna, bentuk duri pada frontal dan jumlah
duri pada karpus, teridentifkasi 4 spesies kepiting bakau di kawasan Mangrove
yaitu Scylla olivacea, scylla
traquebarica, Scylla serrata dan Scylla paramamosain dimana
Scylla olivacea adalah jenis yang dominan.
Mengacu pada deskripsi oleh P.K.L Ng (1998) dalam Carpenter
& Niem (1998) karakter pembeda masing-masing spesies pada genus Scylla adalah sebagai berikut:
a. Scylla
paramamosain: Bagian luar carpus pada cheliped hanya punya 1 granule tumpul, palm memiliki pola
totol-totol kuning atau orange oranye dengan duri yang tajam. Sedangkan frontal margin biasanya bergigi-gigi tajam. Jenis ini
termasuk yang umum ditemukan di area mangrove di Asia Tenggara.
b. Scylla
olivacea: Bagian luar carpus pada cheliped hanya punya 1 granule tumpul, palm berpola totol-totol kuning atau oranye
dengan duri yang tereduksi dan tumpul. Frontal
margin biasanya juga
bergigi-gigi tumpul. Inilah sebenarnya jenis yang paling umum ditemukan,
termasuk di warung sari laut tadi.
c. Scylla
serrata: Bagian luar carpus pada cheliped punya 2 granule tajam seperti duri. Palm berwarna
hijau sampai keunguan dan biasanya dengan pola totol-totol. Frontal margin ditandai dengan duri-duri tajam.
Karapaks berwarna hijau atau hijau zaitun dan pada kaki belakangnya punya pola
totol-totol, baik pada individu jantan maupun betina. Jenis ini lebih umum
tertangkap di kawasan lepas pantai yang bersubstrat lumpur.
d. Scylla
tranquebarica: Bagian luar carpus pada cheliped punya 2 granule tajam dengan frontal margin berduri-duri tumpul. Karapaks serta
palm berwarna hijau gelap, keunguan, bahkan sampai hitam dan tanpa adanya pola
totol-totol pada betina. Sedangkan individu jantan punya pola totol-totol pada
kaki belakangnya.
Sebagian besar
kepiting yang hidup di mangrove memperlihatkan adaptasi morfologis saat
bernafas ketika berada di darat. Ukuran insang kepiting berkorelasi dengan
habitat dan aktivitas metabolik. Spesies intertidal di daerah temperate
umumnya telah mereduksi luas insang dibanding dengan spesies akuatik. Gejala
ini terjadi pada spesies kepiting mangrove Ocypode dan Uca yang
mempunyai beberapa filamen insang dibanding kerabat dekatnya di spesies
akuatik. Filamen insang mengeras sebagai pemelihara bentuk, orientasi dan
fungsi tubuh bila kepiting keluar dari air. Celah insang menjadi vaskular dan
dapat berfungsi sebagai paru-paru. Kepiting ini memompa udara melalui udara yang
tertahan di dalam celah insang yang harus diperbaharui secara teratur dengan
sering masuk ke dalam air .
Bagian tubuh
kepiting juga dilengkapi bulu dan rambut sebagai indera penerima. Bulu-bulu
terdapat hampir di seluruh tubuh tetapi sebagian besar bergerombol pada kaki
jalan. Untuk menemukan makanannya
kepiting menggunakan rangsangan bahan kimia yang dihasilkan oleh organ tubuh. Antena memiliki indera penciuman yang mampu merangsang kepiting untuk
mencari makan. Ketika alat pendeteksi pada kaki melakukan kontak langsung
dengan makanan, chelipeds dengan cepat menjepit makanan tersebut dan
langsung dimasukkan ke dalam mulut. Mulut kepiting
juga memiliki alat penerima sinyal yang sangat sensitif untuk mendeteksi
bahan-bahan kimia. Kepiting mengandalkan kombinasi organ perasa untuk menemukan
makanan, pasangan dan menyelamatkan diri dari predator.
Kepiting
memiliki sepasang mata yang terdiri dari beberapa ribu unit optik. Matanya
terletak pada tangkai, dimana mata ini dapat dimasukkan ke dalam rongga pada carapace
ketika dirinya terancam. Kadang-kadang kepiting dapat mendengar dan
menghasilkan berbagai suara. Hal yang menarik pada berbagai spesies ketika masa
kawin, sang jantan mengeluarkan suara yang keras dengan menggunaklan chelipeds-nya
atau menggetarkan kaki jalannya untuk menarik perhatian sang betina. Setiap
spesies memiliki suara yang khas, hal ini digunakan untuk menarik sang betina
atau untuk menakut-nakuti pejantan lainnya
E.
Alat reproduksi
Kepiting jantan dan betina dapat dibedakan
dengan mengamati alat kelamin yang terdapat dibagian perut. Pada bagian perut
jantan umumnya terdapat organ kelamin berbentuk segi tiga yang sempit dan dapat
meruncing di bagian depan. Organ kelamin betina berbentuk segitiga yang relatif
lebar dan di bagian depan agak tumpul. Kepiting jantan dan betina dibedakan
oleh ruas abdomennya. Ruas abdomen kepiting jantan berbentuk segitiga,
sedangkan pada kepiting betina berbentuk agak membulat dan lebih lebar. Dan
perkawinan terjadi di saat suhu air mulai naik, biasanya betina akan
mengeluarkan cairan kimiawi perangsang, yaitu pheromone kedalam air untuk
menarik perhatian kepiting jantan, setelah jantan berhasil terpikat maka
kepiting jantan akan naik ke atas karapas kepiting betina untuk berganti kulit
(molting), selama kepiting betina molting maka kepiting jantan akan melindungi
kepiting betina selama 2-4 hari sampai cangkang terlepas, kepiting jantan akan
membalikkan tubuh kepiting betina untuk melakukan kopulasi / perkawinan.
Biasanya,kopulasi berlangsung 7-12 jam dan hanya akan terjadi jika karapas
kepiting betina dalam ke adan lunak. spermatofor kepiting jantan akan di simpan
di dalam supermateka kepiting betina sampai telur siap di buahi.telur di dalam
tubuh kepiting betina yang suda matang akan turun ke oviduk dan akan di buahi
oleh sperma.
Proses fertilisasi kepiting tidak halnya seperti
udang yang hanya terjadi pada malam hari ( kondisi gelap ). Kepiting juga
dapat melakukan perkawinan/pemijahan pada siang hari.
F.
DAUR HIDUP KEPITING
Seperti hewan air lainnya reproduksi kepiting terjadi
di luar tubuh, hanya saja sebagian kepiting meletakkan telur-telurnya pada
tubuh sang betina. Kepiting betina biasanya segera melepaskan telur sesaat
setelah kawin, tetapi sang betina memiliki kemampuan untuk menyimpan sperma
sang jantan hingga beberapa bulan lamanya. Telur yang akan dibuahi selanjutnya
dimasukkan pada tempat (bagian tubuh) penyimpanan sperma. Setelah telur dibuahi
telur-telur ini akan ditempatkan pada bagian bawah perut (abdomen).
Jumlah telur yang dibawa tergantung pada ukuran kepiting. Beberapa spesies
dapat membawa puluhan hingga ribuan telur ketika terjadi pemijahan. Telur ini akan menetas setelah beberapa hari kemudian menjadi larva
(individu baru) yang dikenal dengan “zoea”. Ketika melepaskan zoea ke perairan,
sang induk menggerak-gerakkan perutnya untuk membantu zoea agar dapat dengan
mudah lepas dari abdomen. Larva kepiting selanjutnya hidup sebagai plankton dan
melakukan moulting beberapa kali hingga mencapai ukuran tertentu agar
dapat tinggal di dasar perairan sebagai hewan dasar . Daur hidup kepiting dapat
dilihat pada Gambar 5.
Daur hidup
kepiting meliputi telur, larva (zoea dan megalopa), post larva atau juvenil,
anakan dan dewasa .Perkembangan
embrio dalam telur mengalami 9 fase. Larva yang baru ditetaskan (tahap zoea)
bentuknya lebih mirip udang dari pada kepiting .Di kepala terdapat semacam tanduk yang memanjang, matanya besar dan di
ujung kaki-kakinya terdapat rambut-rambut. Tahap zoae ini juga terdiri dari 4
tingkat untuk kemudian berubah ke tahap megalopa dengan bentuk yang lain lagi.
Larva kepiting berenang dan terbawa arus serta hidup sebagai plankton. Beberapa
hasil penelitian menyebutkan bahwa larva kepiting hanya mengkonsumsi
fitoplankton beberapa saat setelah menetas dan segera setelah itu lebih
cenderung memilih zooplankton sebagai makanannya . Keberadaan larva kepiting di perairan dapat menentukan kualitas perairan
tersebut, karena larva kepiting sangat sensitif terhadap perubahan kualitas
perairan.
G.
Sistem pencernaan
Pencernaan adalah proses penyederhanaan makanan
melaului cara fisik dan kimia, sehingga menjadi sari-sari makanan yang mudah
diserap di dalam usus, kemudian diedarkan ke seluruh organ tubuh melalui sistem
peredaran darah
Jenis pakan yang di konsumsi kepiting dapat berupah
artemia, ikan rucah, daging kerang-kerangan, hancuran daging siput, dan lumut.
Pemberian pakan tergantung pada ukuran kepiting, bila masih larva biasanya Brachionus
plicatilis, Tetracelmis chuii dan Naupli artemia.
Kepiting juga bersifat kanibalisme biasanya dia akan menyarang kepiting lain
yang sedang dalam kondisih lemah atau ganti kulit ( molting ).
Alat pencernaan terbagi menjadi tiga, tembolok,
lambung otot, lambung kelenjar. Didalam perut kepiting terdapat gigi kalsium
yang teratur berderet secara longitudinal, selain gigi kalsium juga terdapat
gastrolik yang berfungsi mengeraskan rangka luar (eksoskeleton) setelah terjadi
eksdisis (penegelupasan kulit). Urutan pencernaan makanannya dimulai dari
mulut, kerongkongan (esofagus), lambung (ventrikulus), usus dan anus. Hati
(hepar) terletak di dekat lambung. Sisa-sisa metabolisme tubuh diekskresikan
lewat kelenjar hijau.
H.
System peredaran darah
Sistem sirkulasi adalah sistem yang berfungsi untuk mengangkut
dan mengedarkan O2 dari perairan ke sel-sel tubuh yang
membutuhkan, juga mengangkut enzim, zat-zat nutrisi, garam-garam, hormon, dan
anti bodi serta mengangkut CO2 dari dalam usus,
kelenjar-kelenjar, insang, dan sebagainya, keluar tubuh. Sistem peredaran darah
pada kepiting disebut peredaran darah terbuka karena beredar tanpa melelui
pembuluh darah. Darah tidak mengandung hemoglobin (Hb) melainkan hemosianin
yang daya ikatnya terhadap oksigen rendah.
I.
System respirasi / pernapasan
Kepiting bernapas umumnya dengan insang, kecuali
yang bertubuh sangat kecil dengan seluruh permukaan tubuhnya dan memiliki
sebuah jantung untuk memompa darah.
Mekanisme pernafasan : Pertukaran gas CO2 dan
O2 terjadi secara difusi ketika air dari kepiting
yang masuk melalui mulut, terdorong ke arah daerah insang. O2 yang
banyak dikandung di dalam air akan diikat oleh hemosianin, sedangkan CO2 yang
dikandung di dalam darah akan dikeluarkan ke perairan. Darah yang sudah banyak
mengandung O2 kemudian diedarkan kembali ke seluruh organ tubuh
dan seterusnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan O2 pada
kepiting :
·
Ukuran dan
umur (standia hidup)
·
Aktivitas
kepiting
·
Jenis
kelamin
·
Stadia
reproduksi
J.
System saraf dan hormon
Kedua sistem ini dapat dikatakan sebagai sistem
koordinasi untuk mengantisipasi perubahan kondisi lingkungan dan perubahan
status kehidupan (reproduksi). Perubahan lingkungan akan diinformasikan ke
sistem saraf (saraf pusat), saraf akan merangsang kelenjar endokrin agar hormon
dikirim ketempat yang di tuju untuk mengeluarkan hormon-hormon yang dibutuhkan
agar merangsang organ yang teleh di tentukan dan aktivitas metabolisme
jaringan-jaringan. Sistem saraf terdiri dari system saraf tangga tali pada
system sarafnya terjadi pengumpulan dan penyatuan gangliondan dari
pasangan-pasangan gangflion dan dari pasangan ganglion keluar saraf yang menuju
ketepi alat indra berupa sepasang mata majemuk ( faset ) bertangkai yang
berkembang dengan baik.
K.
Proses molting
kepiting
Istilah molting digunakan untuk menggambarkan proses
pergantian kulit. Banyak hewan bahkan manusia mengalami
molting. Namun, fenomena molting pada crustasea terutama kepiting
sangatlah unik. Tidak seperti manusia yang mengalami pergantian
kulit, namun kulit mati luruh membentuk serpihan-serpihan. Ayam
molting dengan menggugurkan bulunya. Ular juga molting, namun kulit
yang terlepas tidak sempurna berbentuk ular. Kepiting bila molting
maka kulitnya yang terlepas berbentuk utuh seperti kepiting, bahkan kulit
insangpun ikut terlepas.
Sesungguhnya, proses molting tidaklah terjadi secara
tiba-tiba, namun melalui proses yang panjang. Ada empat fase dalam
siklus molting, yakni: premolt, molting (ecdysis), post molt dan intermolt.
v Premolt merupakan fase persiapan,
yakni saat lapisan kulit baru memisah dari kulit lama yang keras. Proses
ini menyebabkan kulit kepiting yang lama dapat terlepas dengan sempurna saat
molting.
v Molting atau ecdysis adalah proses
lepasnya kulit lama atau saat hewan keluar dari kulit lama.
v Post molt adalah saat setelah
berganti kulit. Pada saat ini kulit baru masih lunak dan lentur.
v Intermolt merupakan masa terpanjang
dimana kulit atau karapas sudah terbentuk sempurna dan hewan mengakumulasi
calcium dan energi untuk pertumbuhan.
Status molting ini dapat dengan
mudah diketahui. Caranya dengan menerawang kaki renang kepiting. Bila
nampak garis berwarna agak gelap pada bagian dalam kaki renang maka itu adalah
tanda bahwa kepiting berada pada fase premolt dan sebentar lagi akan molting.
G. PERAN KEPITING DI DALAM PESISIR
Beberapa
peran kepiting di dalam ekosistem pesisir, adalah sebagai berikut:
1.
konversi
nutrien dan mempertinggi mineralisasi; Kepiting berfungsi menghancurkan dan mencabik-cabik
daun/serasah menjadi lebih kecil (ukuran detritus) sehingga mikrofauna dapat
dengan mudah menguraikannya. Hal ini menjadikan adanya interaksi lintas
permukaan, yaitu antara daun yang gugur akan berfungsi sebagai serasah
(produsen), kepiting sebagai konsumen dan detrivor, mikroba sebagai pengurai;
2.
meningkatkan
distribusi oksigen dalam tanah; Lubang yang dibangun berbagai jenis kepiting
mempunyai beberapa fungsi diantaranya sebagai tempat perlindungan dari
predator, tempat berkembang biak dan bantuan dalam mencari makan. Disamping
itu, lubang-lubang tersebut berfungsi untuk komunikasi antar vegetasi misalnya
mangrove, yaitu dengan melewatkan oksigen yang masuk ke substrat yang lebih
dalam sehingga dapat memperbaiki kondisi anoksik;
3.
membantu
daur hidup karbon; Dalam daur hidup karbon, unsur karbon bergerak masuk dan
keluar melewati organisme. Kepiting dalam hal ini sangat penting dalam konversi
nutrien dan mineralisasi yang merupakan jalur biogeokimia karbon, selain dalam
proses respirasinya;
4.
penyedia
makanan alami; Dalam siklus hidupnya kepiting menghasilkan ratusan bahkan pada
beberapa spesies dapat menghasilkan ribuan larva dalam satu kali pemijahan.
Larva-larva ini merupakan sumber makanan bagi biota-biota perairan, seperti
ikan. Larva kepiting bersifat neuston yang berarti melayang-layang dalam tubuh
perairan, sehingga merupakan makanan bagi ikan-ikan karnivora.
DAFTAR PUSTAKA
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Kepiting merupakan
binatang crustacea berkaki sepuluh, yang mempunyai perut yang tersembunyi di
bawah thorax. Kepiting sejati mempunyai lima
pasang kaki, sepasang kaki yang pertama dimodifikasi menjadi sepasang capit dan
tidak digunakan untuk bergerak serta sepasang kaki yang kelima dimodifikasi menjadi
pipih dan bulat yang diguanakan kepiting dalam berenang. Adapun jenis
– jenis kepiting diantaranya yaitu, kepiting bakau dan rajungan.
B.
SARAN