Social Icons

Sabtu, 06 Desember 2014

Makalah kepiting ( Avertebrata Air )

ASPEK BIOLOGI DAN EKOLOGI
KEPITING
OLEH :
KELOMPOK 1
·       Haryanto Asri
·       Nursalam
·       La Adu
·       Al Imam Agus



UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
MAKASSAR
2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T atas segala nikmat dan karunianyalah sehingga kami selaku kelompok 1 (satu) dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Crustacea (Kepiting)” tepat pada waktunya.
Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada teman – teman sekalian yang turut berpatisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari, bahawa makalah kami ini tentu masih banyak kekurangannya. Untuk itu, kami membuka saran dan kritik dari para pembaca guna tercapainya kesempurnaan makalah kami ini.

Makassar, 22 November 2014

Penulis















DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN
A.    Latar belakang.............................................................................. 1
B.     Tujuan........................................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN
A.   Pengertian kepiting....................................................................... 3
B.   Anatomi tubuh kepiting................................................................ 4
C.   Morfologi kepiting........................................................................ 4
D.   Alat reproduksi.............................................................................
E.    Daur hidup kepiting...................................................................... 5
F.    Sistem pencernaan........................................................................
G.   Sistem peredaran darah................................................................
H.   Sistem respirasi/pernapasan.........................................................
I.       Sistem saraf dan hormon..............................................................
J.      Proses molting..............................................................................
K.   Peran kepiting di ekosistem pesisir............................................... 6
BAB III. PENUTUP
A.   Kesimpulan...................................................................................
B.   Saran.............................................................................................
Daftar pustaka............................................................................................ 7




BAB I
PENDAHULUAN

A.                 Latar Belakang
Wilayah pesisir Indonesia memiliki berbagai macam tipologi habitat serta keanekaragaman biota yang tinggi. Kanekaragaman hayati tersebut merupakan sumber kehidupan yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan pangan atau perdagangan, sehingga keberadaannya sangat rawan terhadap kepunahan akibat aktifitas kehidupan dan pembangunan. Beberapa bentuk ancaman kelestarian keanekaragaman hayati antara lain karena pencemaran, eksploitasi sumber daya alam untuk perdagangan, penebangan hutan dan sebagainya.
Salah satu bentuk ekosistem pesisir Indonesia adalah ekosistem hutan mangrove. Hutan mangrove sebagai salah satu ekosistem yang unik merupakan sumberdaya alam yang sangat potensial, mendukung hidupnya keanekaragaman flora dan fauna. Komunitas terestris akuatik yang ada di dalamnya secara langsung atau tidak langsung berperan penting bagi kelangsungan hidup manusia baik dari segi ekonomi, sosial maupun lingkungan (ekologi). Tetapi ekosistem ini sangat mudah dipengaruhi oleh ekosistem yang ada di sekitarnya serta sulit untuk dipulihkan kembali jika terjadi degradasi.
Ekosistem pesisir memiliki bermacam-macam fungsi, antara lain fungsi fisik, biologis dan sosial ekonomis. Fungsi biologis yang dimiliki kawasan pesisir antara lain sebagai daerah asuhan (nursery grund), daerah mencari makan (feeding ground) dan daerah pemijahan (spawning ground) dari berbagai biota laut, tempat bersarangnya burung, habitat alami bagi berbagai jenis biota, sumber plasma nutfah .
Diantara sekian banyak fungsi tersebut, fungsi ekosistem pesisir yang terpenting adalah sebagai daerah asuhan, mencari makan dan daerah pemijahan bagi ikan, udang, kepiting, moluska serta vertebrata lainnya. Daerah ini terbentuk secara alamiah yang  membuat suasana yang aman dan nyaman bagi hewan-hewan tersebut bertelur, mencari makan dan membesarkan anak sebelum kembali ke laut menjelang fase dewasa (MacKinnon, et al., 2000).
Seluruh fauna yang hidup di dalam ekositem pesisir mempunyai peranan yang penting dalam menjaga keseimbangan ekologi. Sekian banyak fauna yang hidup terdapat beberapa spesies kunci (keystone species) yang memegang peranan yang sangat penting. Salah satu spesies tersebut adalah kepiting yang hidup di dalam ekosistem pesisir. Kepiting diusulkan sebagai keystone species di kawasan pesisir karena setiap aktivitasnya mempunyai pengaruh utama pada berbagai proses paras ekosistem. Peran kepiting di dalam ekosistem diantaranya mengkonversi nutrien dan mempertinggi mineralisasi, meningkatkan distribusi oksigen di dalam tanah, membantu daur hidup karbon, serta tempat penyedia makanan alami bagi berbagai jenis biota perairan .

B.           Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengenal kepiting dari berbagai aspek, baik morfologi, anatomi,daur hidup, dan habitatnya














BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kepiting

Kepiting adalah binatang crustacea berkaki sepuluh, yang mempunyai perut yang tersembunyi di bawah thorax. Hewan ini dikelompokkan ke dalam :
Kerajaan             : Animalia
Filum                  : Arthropoda
Subfilum                        : Crustacea
Kelas                  : Malacostraca
Ordo                   : Decapoda
Subordo             : Pleocyemata
Infraordo            : Branchyura
Genus                 : Scylla
Species               : S.Serrata

Tubuh kepiting umumnya ditutupi dengan exoskeleton (kerangka luar) yang sangat keras, dan dipersenjatai dengan sepasang capit. Kepiting hidup di air laut, air tawar dan darat dengan ukuran yang beraneka ragam.
 Kepiting mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam tetapi seluruhnya mempunyai kesamaan pada bentuk tubuh. Seluruh kepiting mempunyai chelipeds dan empat pasang kaki jalan.Pada bagian kaki juga dilengkapi dengan kuku dan sepasang penjepit, chelipeds terletak di depan kaki pertama dan setiap jenis kepiting memiliki struktur chelipeds yang berbeda-beda. Chelipeds dapat digunakan untuk memegang dan membawa makanan, menggali, membuka kulit kerang dan juga sebagai senjata dalam menghadapi musuh. Di samping itu, tubuh kepiting juga ditutupi dengan  Carapace. Carapace merupakan kulit yang keras atau dengan istilah lain exoskeleton (kulit luar) berfungsi untuk melindungi organ dalam bagian kepala, badan dan insang.
Kepiting sejati mempunyai lima pasang kaki, sepasang kaki yang pertama dimodifikasi menjadi sepasang capit dan tidak digunakan untuk bergerak serta sepasang kaki yang kelima dimodifikasi menjadi pipih dan bulat yang diguanakan kepiting dalam berenang. Bagian mulut kepiting ditutupi oleh maxilliped yang rata, dan bagian depan dari carapace tidak membentuk sebuah rostrum yang panjang. Insang kepiting terbentuk dari pelat-pelat yang pipih (phyllobranchiate), mirip dengan insang udang, namun dengan struktur yang berbeda. Insang yang terdapat di dalam tubuh berfungsi untuk mengambil oksigen biasanya sulit dilihat dari luar. Insang terdiri dari struktur yang lunak terletak di bagian bawah carapace. Sedangkan mata menonjol keluar berada di bagain depan carapace.

B.                Jenis – jenis kepiting
Pada umumnya, kepiting dapat ditemukan diseluruh lautan di dunia, sedangkan kepiting yang hidup di air tawar atau darat kebanyakan hidup di daerah tropis. Kepiting dapat ditemukan dalam berbagai ukuran, mulai dari kepiting kacang (pea crab) yang memiliki ukuran lebar hanya beberapa milimeter saja sampai dengan kepiting laba – laba jepang yang memiliki rentangan kaki sampai 4 meter.  Ada sekitar 850 spesies kepiting air tawar,kepiting darat atau semiterestrial, mereka dapat ditemukan di seluruh wilayah tropis maupun subtropis. Adapun jenis – jenis kepiting diantaranya yaitu :
1.       Kepiting bakau
kepiting dorsal
2.       Rajungan
Portunus pelagicus4

3.       Charybdishellerii
Charybdis
4.       Matuta victor
Matuta
5.       Ashtoret lunaris
Ashtoret
6.       Micippa cristata
7.       Calarpa philargius
8.       Rhinolambrus pelagicus
9.       Helice leachi
10.   Uca forcipata
11.   Uca dussumieri
12.   Menaethius monoceros

C.               Anatomi tubuh kepiting

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-jrD1YYqJAOiFVqm7znCDC_TwaRc4fd31BBwnDBT7oH4JYPAedlGDlkVjjLCk37si41Pexah1FTNNuyNHcYNW6DMbxuQZt3qDw0pAQy01pNHBXcMEHop7spruug_CXYNwyUGtP4VBTB-C/s320/732a.jpg


Berdasarkan anatomi tubuh bagian dalam, mulut kepiting terbuka dan terletak pada bagian bawah tubuh. Beberapa bagian yang terdapat di sekitar mulut berfungsi dalam memegang makanan dan juga memompakan air dari mulut ke insang. Kepiting memiliki rangka luar yang keras sehingga mulutnya tidak dapat dibuka lebar. Hal ini menyebabkan kepiting lebih banyak menggunakan capit dalam memperoleh makanan. Makanan yang diperoleh dihancurkan dengan menggunakan capit, kemudian baru dimakan . Kepiting bakau ukurannya bisa mencapai lebih dari 20 cm. Capit pada jantan dewasa lebih panjang dari pada sapit betina. Kepiting yang bisa berenang ini terdapat hampir di seluruh perairan pantai Indonesia, terutama di daerah mangrove, di daerah tambak air payau, muara sungai, tetapi jarang ditemukan di pulau-pulau karang. Disamping morfologi capit, kepiting jantan dan betina dapat dibedakan juga berdasarkan ukuran abdomen, dimana abdomen jantan lebih sempit dari pada abdomen betina.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEIo3JsLALtXoDhap1iqBXAxD_ykdJhXWCMB3RDjnpv3zBqy5GvixcSbwkVua1ye5mxCg9Qw69_FDhUnphYEAzzWKz4Yvu2seNmKW5BM7hiFrTw12cKl850_piQqCvKWxAZZcC5UvT158/s1600/organ+target+nekropsi.png
Ada satu keunikan dari kepiting yakni memiliki kemampuan untuk bertahan hidup di luar air. Menurut Prof. Yushinta Fujaya, ini disebabkan oleh adanya kemampuan insang untuk menyerap air di bawah karapas sehingga insang tetap dalam keadaan lembab meskipun berada di luar air. 
Sementara kelenjar pencernaan kepiting biasa disebut hepatopankreas yang memiliki warna khas kuning. hepatopankreas terletak saling bertumpuk dengan ovarium atau telur. Menurut Prof. Yushinta Fujaya, hepatopankreas biasa membingungkan orang awan dan menganggapnya sebagai telur oleh karena letak dan warnanya.
Hepatopankreas juga berperan untuk mendeposit sejumlah glikogen dan cholesterol, mendeposit logam-logam berat dan melokalisasinya. 



D.               Morfologi Kepiting
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJuTZjokcX6b32Gb6J2oBB0QaSlk-ZNw0ZyzznTh4vOhyphenhyphenHwZxCjB3-aESLJVAZP6AnQifLt87qk_cS0msuNQ_k5DZGl9jrG-Ql7Chh8e8YC-zVffQ5_jr9nsxVFmC-AZGwbMUI6vCAZBQ/s1600/Gambar+1.jpg

http://www.fobi.web.id/bi/wp-content/uploads/kepiting.jpg

Kepiting bakau dapat diidentifikasi dengan mengamati ciri-ciri meristik dan morfometril serta pola warna dengan mengacu pada kunci identifikasi Keenan,Hasil penelitian  menunjukkan bahwa berdasarkan warna, bentuk duri pada frontal dan jumlah duri pada karpus, teridentifkasi 4 spesies kepiting bakau di kawasan Mangrove yaitu Scylla olivacea, scylla traquebarica, Scylla serrata dan Scylla paramamosain dimana  Scylla olivacea  adalah  jenis yang dominan.
Mengacu pada deskripsi oleh P.K.L Ng (1998) dalam Carpenter & Niem (1998) karakter pembeda masing-masing spesies pada genus Scylla adalah sebagai berikut:
a.    Scylla paramamosain: Bagian luar carpus pada cheliped hanya punya 1 granule tumpul, palm memiliki pola totol-totol kuning atau orange oranye dengan duri yang tajam. Sedangkan frontal margin biasanya bergigi-gigi tajam. Jenis ini termasuk yang umum ditemukan di area mangrove di Asia Tenggara.
b.    Scylla olivacea: Bagian luar carpus pada cheliped hanya punya 1 granule tumpul, palm berpola totol-totol kuning atau oranye dengan duri yang tereduksi dan tumpul. Frontal margin biasanya juga bergigi-gigi tumpul. Inilah sebenarnya jenis yang paling umum ditemukan, termasuk di warung sari laut tadi.
c.    Scylla serrata: Bagian luar carpus pada cheliped punya 2 granule tajam seperti duri. Palm berwarna hijau sampai keunguan dan biasanya dengan pola totol-totol. Frontal margin ditandai dengan duri-duri tajam. Karapaks berwarna hijau atau hijau zaitun dan pada kaki belakangnya punya pola totol-totol, baik pada individu jantan maupun betina. Jenis ini lebih umum tertangkap di kawasan lepas pantai yang bersubstrat lumpur.
d.    Scylla tranquebarica: Bagian luar carpus pada cheliped punya 2 granule tajam dengan frontal margin berduri-duri tumpul. Karapaks serta palm berwarna hijau gelap, keunguan, bahkan sampai hitam dan tanpa adanya pola totol-totol pada betina. Sedangkan individu jantan punya pola totol-totol pada kaki belakangnya.
Sebagian besar kepiting yang hidup di mangrove memperlihatkan adaptasi morfologis saat bernafas ketika berada di darat. Ukuran insang kepiting berkorelasi dengan habitat dan aktivitas metabolik. Spesies intertidal di daerah temperate umumnya telah mereduksi luas insang dibanding dengan spesies akuatik. Gejala ini terjadi pada spesies kepiting mangrove Ocypode  dan Uca  yang mempunyai beberapa filamen insang dibanding kerabat dekatnya di spesies akuatik. Filamen insang mengeras sebagai pemelihara bentuk, orientasi  dan fungsi tubuh bila kepiting keluar dari air. Celah insang menjadi vaskular dan dapat berfungsi sebagai paru-paru. Kepiting ini memompa udara melalui udara yang tertahan di dalam celah insang yang harus diperbaharui secara teratur dengan sering masuk ke dalam air .
Bagian tubuh kepiting juga dilengkapi bulu dan rambut sebagai indera penerima. Bulu-bulu terdapat hampir di seluruh tubuh tetapi sebagian besar bergerombol pada kaki jalan. Untuk menemukan makanannya kepiting menggunakan rangsangan bahan kimia yang dihasilkan oleh organ tubuh. Antena memiliki indera penciuman yang mampu merangsang kepiting untuk mencari makan. Ketika alat pendeteksi pada kaki melakukan kontak langsung dengan makanan, chelipeds dengan cepat menjepit makanan tersebut dan langsung dimasukkan ke dalam mulut. Mulut kepiting juga memiliki alat penerima sinyal yang sangat sensitif untuk mendeteksi bahan-bahan kimia. Kepiting mengandalkan kombinasi organ perasa untuk menemukan makanan, pasangan dan menyelamatkan diri dari predator.
Kepiting memiliki sepasang mata yang terdiri dari beberapa ribu unit optik. Matanya terletak pada tangkai, dimana mata ini dapat dimasukkan ke dalam rongga pada carapace ketika dirinya terancam. Kadang-kadang kepiting dapat mendengar dan menghasilkan berbagai suara. Hal yang menarik pada berbagai spesies ketika masa kawin, sang jantan mengeluarkan suara yang keras dengan menggunaklan chelipeds-nya atau menggetarkan kaki jalannya untuk menarik perhatian sang betina. Setiap spesies memiliki suara yang khas, hal ini digunakan untuk menarik sang betina atau untuk menakut-nakuti pejantan lainnya

E.                Alat reproduksi

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-tJCzWgprwhPDMIV9jnPhMLXkF8_ctdqLu4PqBH99VFsd1qVV_s3XEMra5hGC9DCEBpDXKUzU20Lw57VcO308YKZT3DDz8TXWFtgGgX4CVezsmtSpi5-0EBPQx_X_FF8xeypmjsaKOZ-o/s1600/jantan+betina2.jpg

Kepiting  jantan dan betina dapat dibedakan dengan mengamati alat kelamin yang terdapat dibagian perut. Pada bagian perut jantan umumnya terdapat organ kelamin berbentuk segi tiga yang sempit dan dapat meruncing di bagian depan. Organ kelamin betina berbentuk segitiga yang relatif lebar dan di bagian depan agak tumpul. Kepiting jantan dan betina dibedakan oleh ruas abdomennya. Ruas abdomen kepiting jantan berbentuk segitiga, sedangkan pada kepiting betina berbentuk agak membulat dan lebih lebar. Dan perkawinan terjadi di saat suhu air mulai naik, biasanya betina akan mengeluarkan cairan kimiawi perangsang, yaitu pheromone kedalam air untuk menarik perhatian kepiting jantan, setelah jantan berhasil terpikat maka kepiting jantan akan naik ke atas karapas kepiting betina untuk berganti kulit (molting), selama kepiting betina molting maka kepiting jantan akan melindungi kepiting betina selama 2-4 hari sampai cangkang terlepas, kepiting jantan akan membalikkan tubuh kepiting betina untuk melakukan kopulasi / perkawinan. Biasanya,kopulasi berlangsung 7-12 jam dan hanya akan terjadi jika karapas kepiting betina dalam ke adan lunak. spermatofor kepiting jantan akan di simpan di dalam supermateka kepiting betina sampai telur siap di buahi.telur di dalam tubuh kepiting betina yang suda matang akan turun ke oviduk dan akan di buahi oleh sperma.

Proses fertilisasi kepiting  tidak halnya seperti udang yang hanya terjadi pada malam hari ( kondisi gelap ). Kepiting  juga dapat melakukan perkawinan/pemijahan pada siang hari.



F.                 DAUR HIDUP KEPITING

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWQetxYnDVE8FC4LM4VPIrhIxsTDDI5DurZFKFq3L7hQzyeK6FMTBeVcxndrJ3xCsRplOuMzBBBwm_r2YstQ-CDhvzGb12OheZMRX0YOPKattyrxCWojutsQNKhJw_A67cCOxJY7llnI8/s1600/Gambar+2.jpg

Seperti hewan air lainnya reproduksi kepiting terjadi di luar tubuh, hanya saja sebagian kepiting meletakkan telur-telurnya pada tubuh sang betina. Kepiting betina biasanya segera melepaskan telur sesaat setelah kawin, tetapi sang betina memiliki kemampuan untuk menyimpan sperma sang jantan hingga beberapa bulan lamanya. Telur yang akan dibuahi selanjutnya dimasukkan pada tempat (bagian tubuh) penyimpanan sperma. Setelah telur dibuahi telur-telur ini akan ditempatkan pada bagian bawah perut (abdomen).  Jumlah telur yang dibawa tergantung pada ukuran kepiting. Beberapa spesies dapat membawa puluhan hingga ribuan telur ketika terjadi pemijahan. Telur ini akan menetas setelah beberapa hari kemudian menjadi larva (individu baru) yang dikenal dengan “zoea”. Ketika melepaskan zoea ke perairan, sang induk menggerak-gerakkan perutnya untuk membantu zoea agar dapat dengan mudah lepas dari abdomen. Larva kepiting selanjutnya hidup sebagai plankton dan melakukan moulting beberapa kali hingga mencapai ukuran tertentu agar dapat tinggal di dasar perairan sebagai hewan dasar . Daur hidup kepiting dapat dilihat pada Gambar 5.
Daur hidup kepiting meliputi telur, larva (zoea dan megalopa), post larva atau juvenil, anakan dan dewasa .Perkembangan embrio dalam telur mengalami 9 fase. Larva yang baru ditetaskan (tahap zoea) bentuknya lebih mirip udang dari pada kepiting .Di kepala terdapat semacam tanduk yang memanjang, matanya besar dan di ujung kaki-kakinya terdapat rambut-rambut. Tahap zoae ini juga terdiri dari 4 tingkat untuk kemudian berubah ke tahap megalopa dengan bentuk yang lain lagi. Larva kepiting berenang dan terbawa arus serta hidup sebagai plankton. Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa larva kepiting hanya mengkonsumsi fitoplankton beberapa saat setelah menetas dan segera setelah itu lebih cenderung memilih zooplankton sebagai makanannya . Keberadaan larva kepiting di perairan dapat menentukan kualitas perairan tersebut, karena larva kepiting sangat sensitif terhadap perubahan kualitas perairan.

G.              Sistem pencernaan

Pencernaan adalah proses penyederhanaan makanan melaului cara fisik dan kimia, sehingga menjadi sari-sari makanan yang mudah diserap di dalam usus, kemudian diedarkan ke seluruh organ tubuh melalui sistem peredaran darah

Jenis pakan yang di konsumsi kepiting dapat berupah artemia, ikan rucah, daging kerang-kerangan, hancuran daging siput, dan lumut. Pemberian pakan tergantung pada ukuran kepiting, bila masih larva biasanya Brachionus plicatilisTetracelmis chuii dan Naupli artemia. Kepiting juga bersifat kanibalisme biasanya dia akan menyarang kepiting lain yang sedang dalam kondisih lemah atau ganti kulit ( molting ).

Alat pencernaan terbagi menjadi tiga, tembolok, lambung otot, lambung kelenjar. Didalam perut kepiting terdapat gigi kalsium yang teratur berderet secara longitudinal, selain gigi kalsium juga terdapat gastrolik yang berfungsi mengeraskan rangka luar (eksoskeleton) setelah terjadi eksdisis (penegelupasan kulit). Urutan pencernaan makanannya dimulai dari mulut, kerongkongan (esofagus), lambung (ventrikulus), usus dan anus. Hati (hepar) terletak di dekat lambung. Sisa-sisa metabolisme tubuh diekskresikan lewat kelenjar hijau.

H.               System peredaran darah

Sistem sirkulasi adalah sistem yang berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan O2 dari perairan ke sel-sel tubuh yang membutuhkan, juga mengangkut enzim, zat-zat nutrisi, garam-garam, hormon, dan anti bodi serta mengangkut CO2 dari dalam usus, kelenjar-kelenjar, insang, dan sebagainya, keluar tubuh. Sistem peredaran darah pada kepiting disebut peredaran darah terbuka karena beredar tanpa melelui pembuluh darah. Darah tidak mengandung hemoglobin (Hb) melainkan hemosianin yang daya ikatnya terhadap oksigen rendah.



I.                    System respirasi / pernapasan

Kepiting  bernapas umumnya dengan insang, kecuali yang bertubuh sangat kecil dengan seluruh permukaan tubuhnya dan memiliki sebuah jantung untuk memompa darah.

Mekanisme pernafasan : Pertukaran gas CO2 dan O2 terjadi secara difusi ketika air dari kepiting yang masuk melalui mulut, terdorong ke arah daerah insang. O2 yang banyak dikandung di dalam air akan diikat oleh hemosianin, sedangkan CO2 yang dikandung di dalam darah akan dikeluarkan ke perairan. Darah yang sudah banyak mengandung O2 kemudian diedarkan kembali ke seluruh organ tubuh dan seterusnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan O2 pada kepiting  :
·                     Ukuran dan umur (standia hidup)
·                     Aktivitas kepiting
·                     Jenis kelamin
·                     Stadia reproduksi

J.                  System saraf dan hormon

Kedua sistem ini dapat dikatakan sebagai sistem koordinasi untuk mengantisipasi perubahan kondisi lingkungan dan perubahan status kehidupan (reproduksi). Perubahan lingkungan akan diinformasikan ke sistem saraf (saraf pusat), saraf akan merangsang kelenjar endokrin agar hormon dikirim ketempat yang di tuju untuk mengeluarkan hormon-hormon yang dibutuhkan agar merangsang organ yang teleh di tentukan dan aktivitas metabolisme jaringan-jaringan. Sistem saraf terdiri dari system saraf tangga tali pada system sarafnya terjadi pengumpulan dan penyatuan gangliondan dari pasangan-pasangan gangflion dan dari pasangan ganglion keluar saraf yang menuju ketepi alat indra berupa sepasang mata majemuk ( faset ) bertangkai yang berkembang dengan baik.

K.               Proses molting kepiting
https://fauzimsp.files.wordpress.com/2010/06/molting.gif
Istilah molting digunakan untuk menggambarkan proses pergantian kulit.  Banyak hewan bahkan manusia mengalami molting.  Namun, fenomena molting pada crustasea terutama kepiting sangatlah unik.  Tidak seperti manusia yang mengalami pergantian kulit, namun kulit mati luruh membentuk serpihan-serpihan.  Ayam molting dengan menggugurkan bulunya.  Ular juga molting, namun kulit yang terlepas tidak sempurna berbentuk ular.  Kepiting bila molting maka kulitnya yang terlepas berbentuk utuh seperti kepiting, bahkan kulit insangpun ikut terlepas.
Sesungguhnya, proses molting tidaklah terjadi secara tiba-tiba, namun melalui proses yang panjang.  Ada empat fase dalam siklus molting, yakni: premolt, molting (ecdysis), post molt dan intermolt.
v  Premolt merupakan fase persiapan, yakni saat lapisan kulit baru memisah dari kulit lama yang keras.  Proses ini menyebabkan kulit kepiting yang lama dapat terlepas dengan sempurna saat molting.
v  Molting atau ecdysis adalah proses lepasnya kulit lama atau saat hewan keluar dari kulit lama. 
v  Post molt adalah saat setelah berganti kulit.  Pada saat ini kulit baru masih lunak dan lentur.
v  Intermolt merupakan masa terpanjang dimana kulit atau karapas sudah terbentuk sempurna dan hewan mengakumulasi calcium dan energi untuk pertumbuhan. 

Status molting ini dapat dengan mudah diketahui.  Caranya dengan menerawang kaki renang kepiting.  Bila nampak garis berwarna agak gelap pada bagian dalam kaki renang maka itu adalah tanda bahwa kepiting berada pada fase premolt dan sebentar lagi akan molting.



G.   PERAN KEPITING DI DALAM PESISIR


Beberapa peran kepiting di dalam ekosistem pesisir, adalah sebagai berikut:

1.            konversi nutrien dan mempertinggi mineralisasi; Kepiting berfungsi menghancurkan dan mencabik-cabik daun/serasah menjadi lebih kecil (ukuran detritus) sehingga mikrofauna dapat dengan mudah menguraikannya. Hal ini menjadikan adanya interaksi lintas permukaan, yaitu antara daun yang gugur akan berfungsi sebagai serasah (produsen), kepiting sebagai konsumen dan detrivor, mikroba sebagai pengurai;
2.            meningkatkan distribusi oksigen dalam tanah; Lubang yang dibangun berbagai jenis kepiting mempunyai beberapa fungsi diantaranya sebagai tempat perlindungan dari predator, tempat berkembang biak dan bantuan dalam mencari makan. Disamping itu, lubang-lubang tersebut berfungsi untuk komunikasi antar vegetasi misalnya mangrove, yaitu dengan melewatkan oksigen yang masuk ke substrat yang lebih dalam sehingga dapat memperbaiki kondisi anoksik;
3.            membantu daur hidup karbon; Dalam daur hidup karbon, unsur karbon bergerak masuk dan keluar melewati organisme. Kepiting dalam hal ini sangat penting dalam konversi nutrien dan mineralisasi yang merupakan jalur biogeokimia karbon, selain dalam proses respirasinya;
4.            penyedia makanan alami; Dalam siklus hidupnya kepiting menghasilkan ratusan bahkan pada beberapa spesies dapat menghasilkan ribuan larva dalam satu kali pemijahan. Larva-larva ini merupakan sumber makanan bagi biota-biota perairan, seperti ikan. Larva kepiting bersifat neuston yang berarti melayang-layang dalam tubuh perairan, sehingga merupakan makanan bagi ikan-ikan karnivora.


























DAFTAR PUSTAKA

















BAB III
PENUTUP

A.               KESIMPULAN
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Kepiting merupakan binatang crustacea berkaki sepuluh, yang mempunyai perut yang tersembunyi di bawah thorax. Kepiting sejati mempunyai lima pasang kaki, sepasang kaki yang pertama dimodifikasi menjadi sepasang capit dan tidak digunakan untuk bergerak serta sepasang kaki yang kelima dimodifikasi menjadi pipih dan bulat yang diguanakan kepiting dalam berenang. Adapun jenis – jenis kepiting diantaranya yaitu, kepiting bakau dan rajungan.

B.                SARAN







3 komentar:

 
Blogger Templates